Hukum Membaca Maulid / Al Barjanji Tidak Sesuai Kaidah Tajwid
Deskripsi Masalah :
Sudah menjadi tradisi masyarakat bahwa setiap malam jumat atau
bulan rabiul awal (maulud) diadakan pembacaan qasidah dziba’ atau barzanji
dengan menggunakan lagu/irama yang bermacam-macam yang kadang mengabaikan
tajwid khususnya hal panjang atau pendek (mad) dengan dalih untuk
menyesuaikan lagu/irama.
(Ranting Muslimat NU Tanjungsari)
Pertanyaan :
a.
Apakah
hal tersebut diperbolehkan ?
b.
Apakah
dalam pembacaan qasidah dziba’ atau barzanji disamakan dengan Al Qur’an dalam
penggunaan tajwidnya ?
Jawaban :
a.
Hukumnya
khilaf, sebagaian pendapat memperbolehkan dengan catatan tidak sampai merubah
makna.
Menurut
pendapat As Syaikh zaini Dahlan tidak memperbolehkan
Ibarat :
1. Ihya Ulumuddin Juz : 2 Hal
: 332
2.
Bida’ul Masajid Hal : 33
الوجه
الرابع أن الشعر الموزون يختلف تأثيره في النفس بالإلحان التي تسمى الطرق
والأستانات، وإنما أختلف تلك الطرق بمد المقصور وقصر الممدود والوقف في أثناء
الكلمات والقطع والوصل في بعضها وهذا التصرف جائز في الشعر ولا يجوز في القران إلا
التلاوة كما أنزل، فقصره ومده والوقف والوصل والقطع فيه على خلاف ما تقضيه التلاوة
حرام أو مكروه. ﴿ إحياء الجزأ : ٢ ص: ٣٣٢ ﴾
Wajah yang ke empat : bahwasanya Sya’ir yang tersusun akan membedakan
pengaruhnya pada musik yang di namakan dengan ketukan atau note dan ketukan
tersebut menjadikan perubahan pada panjangnya huruf yang seharusnya pendek,
pendeknya huruf yang seharusnya panjang dan juga berhenti di tengah kalimat , memotong
dan melangsungkan di sebagian kalimat , hal trsebut diperbolehkan dalam Sya’ir
/ lagu dan tidak boleh pada bacaan Al Qur’an kecuali bacaan yang sesuai dengan
apa yang turunkan maka memendekan, memanjangkan , berhenti , meneruskan dan
memotong bacaan yang tidak sesuai dengan kaidah tilawah hukumnya haram atau
makruh .
( Ihya Ulumuddin Juz : 2
Hal : 332)
(مسئلة ز) سئل أحمد زينى دحلان
مفتى الشافعية بمكة المتوفى بالمدينة سنة 1303 عن جماعة يقرؤن مولد النبى صلى الله
عليه وسلم يطربون فيه بالغناء والإلحان والتكسير خصوصا في الأشعار والقصائد
المتعلقة بجنابه ويرفعون أصواتهم رفعا شديدا ويمدون المقصور وقصرون الممدود ويقفون
في أثناء الكلمات ويقطعون بعض عن بعض كما فعلوا بمثل قوله أشرف البدر علينا
الأبيات... يقولون أشرقا البادروعلاينامارحبان الخ فهل ذلك حرام أو مكروه أو مباح؟
فأجاب بقوله التغنى بالإلحان والتكسير ورفع الصوت في قراءة المولد حرام. بل الواجب
على من حضر قراءة المولد سواء القارئ والسامع أن يكون فصيحا غير لاحن، خافضا غير
رافع الصوت خاشعا متواضعا متأدبا لحضرته صلى الله عليه وسلم وإن يتأمل ويفتهم ما
يسمعه من أخلاق الكريمة كما قال وإنك لعلى خلق عظيم
﴿ بدع
المساجد ص : ٣٣ ﴾
Masalah Za’ : Ahmad Zaini Dahlan seorang Mufti Madzhab Syafi’i di
Mekah ( Wafat 1303 ) di tanya masalah jama’ah yang membaca Maulid Nabi SAW
dengan gembira , beryanyi dan melagukan terlebih pada Syi’ir dan Qosidah yang
berhubungan dengan Junjungnya ( Nabi Muhammad ) dengan mengeraskan suaranya
dengan amat keras , memanjangkan kalimat yang seharusnya pendek , memendekkan
kalimat yang seharusnya panjang , berhenti di tengah tengah kalimat dan memutus
sebagian kalimat dengan sebagian yang lain seperti yang mereka lakukan misal
perkataan ASYROQOL BADRU ALAINAA .... mereka mengucapkanya ASYROQOOL BAADRU
ALAAINAA , MAARHABAAN dst. Apakah yang semacamitu haram atau makruh atau boleh
? beliau menjawab dengan ucapanya melagukan dengan bermusik , taksir , serta
mengeraskan suara dalam pembacaan maulid adalah haram , bahkan wajib bagi orang
yang hadir dalam majlis pembacaan maulid baik yang membaca ataupun yang
mendengarkan agar fasih ( jelas ) tanpa lagu , mengecilkan suara dengan tidak
mengeraskan suara , khusu’ tawadhu’, dan menjaga adab dihadapan rosulullah SAW
serta mengangan angan dan memahami apa yang dia dengarkan seperti Ahlaq yang
terpuji semisal ucapan WAINNAKA LA’ALA KHULUQIN ADZIM ( sesungguhnya engkau
pada ahlak yang terpuji )
( Bida’ul Masajid Hal : 33)
b.
Mengikuti
rumusan jawaban poin A
Menurut pendapat yang memperbolehkan maka tidak ada keharusan
mempergunakan tajwid (tidak disamakan dengan Al Qur’an dalam hal wajibnya
menggunakan tajwid)
Sedangkan menurut pendapat yang tidak memperbolehkan,
maka ada keharusan untuk menggunakan ilmu tajwid
0 comments:
Post a Comment