Hukum Wanita Membaca Maulid , Al Qur'an dengan Menggunakan Pengeras Suara
Deskripsi
Sudah tradisi
warga NU , setiap hajatan mendatangkan Yasinan , Berjanzi , Tahlil dan Tahtimul
Qur’an . jikalau yang membaca Yasin , Tahlil dsb laki laki mungkin tidak masalah , bila myang
membaca muslimat / fatayat dengan suara lantang bahkan menggunakan pengeras
suara tentu akan timbul persepsi yang lain.
Pertanyaan :
1.
Hukum Tahlil , Yasinan dll
bagi wanita yang menggunakan pengeras suara ?
2.
Sejauh mana suara wanita
bisa menimbulkan fitnah ?
3.
Kalimat ‘ Wih apik’ e
suarane apakah termasuk fitnah ?
( Ranting NU Dukuhmulyo
)
Jawaban
:
1.
Hukum Tahlil , Yasinan dll
bagi wanita yang menggunakan pengeras suara adalah boleh selagi tidak menimbulkan
fitnah.
Ibarat
:
1. I’anatut Tholibin Juz : 3 Hal: 302
حاشية إعانة الطالبين (3/
302)
(قوله: وليس من العورة الصوت)
أي صوت المرأة، ومثله صوت الامرد فيحل سماعه ما لم تخش فتنة أو يلتذ به وإلا حرم (قوله:
فلا يحرم سماعه) أي الصوت. وقوله إلا إن خشي منه فتنة أو التذ به: أي فإنه يحرم سماعه، أي ولو بنحو
القرآن، ومن الصوت: الزغاريد. وفي البجيرمي: وصوتها ليس بعورة على الاصح، لكن يحرم الاصغاء إليه عند
خوف الفتنة.
Perkataan : tidak termasuk aurat adalah suara perempuan
semisal suara amrod ( mendekati balig ) maka halal mendengarkanya apabila tidak
khawatir fitnah atau merasa nyaman ( enak ) .apabila khawatir fitnah maka haram
mendengarkanya . perkataan : tidak haram mendengarkanya : pekataan kecuali
takut terjadi fitnah atau merasa nyaman dengan suara tersebut maka haram
mendengarkanya walaupun dari bacaan Al qur’an. Termasuk suara adalah jeritan .
dalam kitab Al Bujairomi : suara perempuan tidak termasuk aurat menurut
pendapat yang Ashoh akan tetapi haram memperhatikan suara tersebut ketika
khawatir terjadi fitnah .
I’anatut Tholibin Juz : 3 Hal: 302
2.
Suara wanita yang bisa
menimbulkan fitnah adalah yang bisa membangkitkan syahwat dan menjadi penyebab perbuatan zina
Ibarat
:
1. Asnal
Matholib Juz : 3 Hal : 110
2. Nihayatul
Muhtaz Ila Syarhil Minhaj Juz : 20 Hal : 186
أسنى المطالب في شرح روض الطالب (3/
110)
قال الْجَوْهَرِيُّ وَالتَّشْوِيشُ التَّخْلِيطُ أَمَّا النَّظَرُ وَالْإِصْغَاءُ
لِمَا ذُكِرَ عِنْدَ خَوْفِ الْفِتْنَةِ أَيْ الدَّاعِي إلَى جِمَاعٍ أو خَلْوَةٍ أو
نَحْوِهِمَا فَحَرَامٌ وَإِنْ لم يَكُنْ عَوْرَةً لِلْإِجْمَاعِ وَلِقَوْلِهِ تَعَالَى
قُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ من أَبْصَارِهِنَّ وَقَوْلِهِ قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ
يَغُضُّوا من أَبْصَارِهِمْ
Al Jauhari berkata : At taswisy adalah bercampur adapun
melihat dan memperhatikan apa yang di sebutkan ketika khawatir terjadi fitnah
yaitu perkara yang menarik pada jima’ ( hubungan intim ) atau kholwah ( mojok )
dst maka haram meskipun bukan termasuk auratsesuai kesepakatan ulama’ berdasarkan
firman Allah ta’alah “katakanlah wahai Muhammad kepada wanita mu’min agar
menundukan pandanganya “ dan juga firman Allah :” katakanlah wahai Muhammad
kepada pria mu’min agar menundukan pandanganya”
Asnal
Matholib Juz : 3 Hal : 110
نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج (20/
186)
( قَوْلُهُ : مِنْ دَاعِيَةٍ
نَحْوَ مَسٍّ ) يُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّ ضَابِطَ خَوْفِ الْفِتْنَةِ أَنْ يَخَافَ أَنْ
تَدْعُوهُ نَفْسُهُ إلَى مَسٍّ لَهَا أَوْ خَلْوَةٍ بِهَا
Perkataan : dari perbuatan yang mengajak semisal menyentuh
: dari sini dapat disimpulkan bahwa pengertian khawatir fitnah adalah
kehawatiran pada dirinya tertarik untuk menyentuh perempuan tersebut atau
kholwah ( mojok ) dengannya .
Nihayatul
Muhtaz Ila Syarhil Minhaj Juz : 20 Hal : 186
3.
Tafsil :
1.
Bila menimbulkan syahwat
maka termasuk fitnah
2.
Bila tidak menimbulkan
syahwat maka tidak termasuk fitnah
Ibarat : Sama dengan
ta’bir nomor 2
0 comments:
Post a Comment