Jarak diperbolehkanya Sholat Goib
Deskripsi
Masalah
Sudah menjadi tradisi setiap ada warga NU (kaum muslimin/muslimat)
meninggal dimintakan bantuan sholat ghoib kepada jamaah juma’ah di lain daerah
(tetangga desa/kecamatan dan lain sebagainya).
Pertanyaan :
Berapakan jarak diperbolehkan melaksanakan sholat
ghoib dalam hukum fikih?
(Muhammad Saefuddin)
Jawaban :
Jarak diperbolehkanya melakukan sholat ghoib adalah Tafshil
Apabila mayit berada di luar
balad ( desa/ daerah ):
a. Menurut Shohibul Imdad tidak
ada batasan mengenai jarak minimal diperbolehkannya melaksanakan sholat ghoib
selama tidak ada masyaqqoh (kepayahan/udzur)
b.
Menurut Imam Abu Mahromah,
sekira tidak mendengar suara adzan
c.
Menurut shohibut tuhfah (Al Imam
Ibnu Hajar), harus melebihi haddulghaus (melebihi suara panggilan orang
yang meminta pertolongan)
Apabila mayit berada dalam satu
balad ( desa / darah ):
a.
Menurut al madzhab tidak
diperbolehkan secara mutlak
b.
Boleh apabila ada masyaqqah
(kepayahan/udzur)
Ibarat :
1.
Bughatul Muustarsyidin Hal
: 95
2.
Nihayatul Muhtajz Juz :
6 Hal : 439
3.
Al Majmu’ Syarhil Al
Muhadzab Juz : 5 hal 211
4.
I’anatu Tholibin Juz :2
Hal : 151
وقال أبو مخرمة : وضابط الغيبة أن يكون بمحل لا يسمع منه
النداء ، وفي التحفة أن يكون فوق حد الغوث ، قال : ولا يصلى على حاضر في البلد وإن
عذر بنحو حبس أو مرض اهـ. لكن في الإمداد والنهاية أنها تصح إن شق عليه الحضور.
{بغية المسترشدين ص:95 المكتبة
الهداية}
Artinya
:
Abu
Makhromah berkata : batasan Ghibah ( tidak ditempat ) adalah ketika berada
ditempat yang tidak mendengar panggilan . dalam kitab At Tuhfah : di atas panggilan
yang keras . Imam Nawawi berkata : tidak diperbolehkan melakukan sholat ghoib
orang yang hadir di tempat tersebut
walaupun dalam keadaan udzur seperti di penjara atau sakit . tetai dalam
kitab Al Imdad dan An Nihayah di jelaskan bahwa: bagi orang yang hadir di
perbolehkan melaksananakan sholat ghoib ketika ada masyaqot untuk menghadiri
sholat janazah
(
Bughyatul Mustarsyidin Hal : 95 )
( وَيُصَلَّى عَلَى الْغَائِبِ عَنْ
الْبَلَدِ ) وَلَوْ فِي مَسَافَةٍ قَرِيبَةٍ دُونَ مَسَافَةِ الْقَصْرِ وَفِي
غَيْرِ جِهَةِ الْقِبْلَةِ وَالْمُصَلِّي مُسْتَقْبِلهَا { ؛ لِأَنَّهُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى النَّجَاشِيِّ بِالْمَدِينَةِ يَوْمَ
مَوْتِهِ بِالْحَبَشَةِ } رَوَاهُ الشَّيْخَانِ ،.....إلى أن قال.... أَمَّا
الْحَاضِرُ بِالْبَلَدِ وَإِنْ كَبُرَتْ فَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِ لِتَيَسُّرِ
الْحُضُورِ ، وَشَبَّهُوهُ بِالْقَضَاءِ عَلَى مَنْ بِالْبَلَدِ مَعَ إمْكَانِ
إحْضَارِهِ ، فَلَوْ كَانَ الْمَيِّتُ خَارِجَ السُّوَرِ قَرِيبًا مِنْهُ فَهُوَ
كَدَاخِلِهِ ، نَقَلَهُ الزَّرْكَشِيُّ عَنْ صَاحِبِ الْوَافِي وَأَقَرَّهُ : أَيْ
؛ لِأَنَّ الْغَالِبَ أَنَّ الْمَقَابِرَ تُجْعَلُ خَارِجَ السُّوَرِ ،
وَعِبَارَتُهُ : مَنْ كَانَ خَارِجَ السُّوَرِ إنْ كَانَ أَهْلُهُ
يَسْتَعِيرُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ لَمْ تَجُزْ الصَّلَاةُ عَلَى مَنْ هُوَ
دَاخِلَ السُّوَرِ لِلْخَارِجِ وَلَا الْعَكْسُ ا هـ . وَلَوْ تَعَذَّرَ عَلَى
مَنْ فِي الْبَلَدِ الْحُضُورُ لِحَبْسٍ أَوْ مَرَضٍ لَمْ يَبْعُدْ جَوَازُ ذَلِكَ
كَمَا بَحَثَهُ الْأَذْرَعِيُّ ، وَجَزَمَ بِهِ ابْنُ أَبِي الدَّمِ فِي
الْمَحْبُوسِ لِأَنَّهُمْ قَدْ عَلَّلُوا الْمَنْعَ بِتَيَسُّرِ الذَّهَابِ
إلَيْهِ
{نهاية المحتاج الجز:6 ص:439}
Dan boleh melaksanakan sholat ghoib bagi orang
yang ada di tempat tersebut , walaupun dengan jarak yang dekat kurang dari
jarak di perbilehkanya qoshor dan tidak menghadap qiblat karena Nabi meksanakan sholat untuk orang Najasyiy di madinah pada hari
kematianya di Habasyah . H.R Bukhory Muslim ........ adapun orang orang yang
ada di dalam desa walaupun desa tersebut luas , tidak di perbolehkan
menjalankan sholat ghoib karena mudahnya datang . Ulama’ menyamakanya dengan
mendatangi orang yang ada di dalam desa karena adanya waktu untuk datang .
apabila mayit ada di luar batas desa yang dekat dengan desa maka sama dengan
mayit yang ada di dalam desa . Imam Az Azakarsyi Mengambil pendapat dari
Shohibul Al Wafi . karena pada umumnya maqbaroh di buat di luar desa .
ibaratnya : orang yang ada di luar desa apabila warganya bisa salaing menolong
maka orang yang ada di dalam desa tidak boleh ikut mesholati begitu juga
sebaliknya . dan apabila orang yang ada di desa ada udzur untuk datang karena
di penjara atau sakit maka tidak jauh dari diperbolehkanya menjalankan sholat
ghoib seperti yang telah di bahas oleh Imam Al Adzro’iy . sedangkan Imam Ibnu
Abi Dammi memantapkan pendapat yang memperbolehkan menjalankan sholat ghoib
bagi orang yang sedang di penjara karena mereka beralasan tidak adanya
kemudahan untuk dantang.
(
Nihayatul Muhtajz Juz : 6 Hal : 439 )
ومذهبنا جواز الصلاة علي الميت الغائب عن البلد سواء كان في جهة القبلة ام في غيرها ولكن المصلي يستقبل
القبلة ولا فرق بين ان تكون المسافةُ بين البلدين قريبةً أو بعيدةً ولا خلاف في
هذا كله عندنا (اما) إذا كان الميت في البلد فطريقان (المذهب) وبه قطع
المصنف والجمهور لا يجوز ان يصلي عليه حتى يحضرَ عنده لان النبي صلي الله عليه
وسلم " لم يصل على حاضر في البَلَد الا بحضرته " ولانه لا مشقة فيه
بخلاف الغائبِ عن البلد " (والطريق الثاني) حكاه الخُراسَانيون أو
أكثر هم فيه وجهان (أصحُهما) هذا (والثانى) يجوز كالغائب
{المجموع الجز:5 ص:211}
Menurut
Madzhab kami ( Syafi’iyyah ) boleh melaksanakan sholat ghoib untuk mayit dari
satu daerah baik menghadap qiblat atau
tidak tetapi orang yang solat tetap menghadap qiblat dan tidak ada perbedaan
anatara jarak kedua desa dekat atau jauh
. adapun ketika mayit dari dalam desa
maka ada dua jalan . madzhab yang di pilih dan di kuatkan oleh mushonif dan
mayoritas ulama’ : tidak boleh
menjalankan sholat ghoib sampai dia menghadirinya karena Nabi tidak
melaksanakan sholat mayit untuk mayit yang ada di dalam desa kecuali berada di
dekatnya . dan karena tidak adanya masyaqot untuk menghadirinya berbeda dengan
mayit yang ada dari daerah lain .
Yang kedua
: pendapat dari Ahli Khurostan atau mayoritas Ulama’nya hukumnya ada dua yang
paling shohih adalah tidak bole ( Hadza ) wajah kedua , boleh seperti sholat
ghoib.
( Al Majmu’
Juz 5 Hal : 211 )
(قوله: لا على غائب عن مجلسه فيها) أي لا تصح الصلاة على ميت غائب عن
مجلس من يريد الصلاة عليه، وهو حاضر في البلد، وإن كبرت البلد، لتيسر حضوره.
وشبهوه بالقضاء على من بالبلد مع إمكان حضوره. وفي سم خلافه، ونص عبارته: المتجه
أن المعتبر المشقة وعدمها. فحيث شق الحضور - ولو في البلد لكبرها ونحو - صحت، وحيث
لا - ولو خارج السور - لم تصح. م ر. والاوجه في القرى المتقاربة جدرانها أنها
كالقرية الواحدة.
{إعانة الطالبين الجز:2 ص:151 المكتبة الشاملة}
Tidak
boleh melaksanakan sholat ghoib dari tempat oarang yang hendak menjalankan
sholat ghoib sedangkan dia hadir di desa tersebut walaupun desa tersebut luas
kawasanya karena adanya kemudahan untukmenghadirinya . di samakan dengan
mendatangi undangan untukorang yang dari ddesa lain ketika ada waktu untuk
hadir . pendapat yang Mutajjah : yang di jadikan dasar boleh dan tidaknya
adalah adanya masyaqoh dan tidaknya , maka apabila sulit untuk hadir misalnya walaupun
dalam satu desa karena luas kawasanya maka sah manjalankan sholat ghoib , dan
apabila tidak ada ksulitan untuk hadir walaupun di luar desa maka tidak sah .
Ar Romli . Al Aujah : desa yang berdekatan seperti satu desa .
( I’anatu
Tholibin Juz : 2 Hal : 151)